Chitato


Namaku Chita, umurku 18 tahun dan aku bersekolah di SMA Harapan Bangsa 12. Aku kelas 12 dan sebentar lagi aku akan lulus lalu  melanjutkan kuliah di kota tercintaku saja karena aku tidak mau jauh-jauh dengan bunda. Aku suka banget makan, apalagi makan snack chitato hmm I like it. Aku termasuk cewek yang penyendiri bahkan dikelas aku dipanggil kutu buku karena aku sering nongkrong diperpustakaan. Pacaran? Cinta? Aku tidak mengenal sama sekali apa itu cinta, karena buatku cinta itu tidak ada.
Jam di handphoneku berbunyi saat pagi hari, kulihat ternyata jarum jam telah menunjukan tepat setengah 7 pagi. Teriakkku tiba-tiba 
“Bunda… kenapa Chita gak dibangunin sih? Ih sebel deh jadi pingin nangis”
“Loh emang hari ini Chita sekolah ya ? maaf bunda lupa kalau hari ini senin “ (Bunda menjawab).
Sesigap mungkin ku mandi dan tak ada waktu lagi untuk menyantap sarapan bunda karena hari ini ada upacara sekolah untuk yang terakhir kali semasa SMA. Tepat disekolah jam 06.58 WIB satpam sekolah telah menutup semua pintu gerbang sekolah, campur aduk rasanya aku takut jika namaku tertera di BK, aku gak mau Tuhan. Tiba-tiba disampingku berdiri seseorang lelaki yang tampan ia menjulurkan snack chitato kepadaku, langsung saja kuambil karena chitato its my life. Setelah itu lelaki tersebut membuka pintu gerbang sekolah tanpa ada rasa takut pada satpam, bahkan satpam sekolah membiarkan perlakuannya yang tidak benar tersebut, diajak masuk aku olehnya.
“Alhamdulillah akhirnya aku terbebas dari ancaman BK, tapi siapa ya lelaki itu? Ah I don’t care “ (Bertanya-tanya).
Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Langsung ku bergegas kekantin karena aku belum sarapan dan juga supaya tidak bertemu dengan banyak orang. Sebelum menuju kekantin aku kekamar mandi terlebih dahulu, tiba-tiba terdapat geng cewek yang sedang gosip dikamar mandi,
“Eh tau gak tadi aku liat Dito lagi bantuin cewek gitu terus ya dia kasih sesuatu gitu sama si cewek”(Riana berkata)
“Hah yang bener? Gak bisa dibiarin kita harus bikin perhitungan sama si cewek itu” (Rena menjawab)
“Iya kamu bener ren, aku tadi lihat cewek itu penampilannya culun banget ih pokoknya dia gak cocok sama Dito” (sahut Reva).
Waduh gawat nih kayaknya mereka lagi ngomongin aku deh, aku harus cepat-cepat keluar dari sini. Baru aja aku keluar dari kamar mandi ternyata mereka berhasil nemuin aku, mampus aku.
“Eh kamu ya yang ditolongin sama Dito tadi?” (Reva berkata)
“Eh iya bener dia Ren cewek itu” (Riana menjawab)
“Heh kamu tahu gak siapa aku? Aku ini pacarnya Dito, jadi tolong jangan dekat-dekat sama Dito. Kalau gak, jangan berharap deh kamu besok masih bisa bernafas”(sahut Rena).
Waduh berarti gue mau dibunuh nih, emang dia bisa bunuh ya? Pingin ketawa tapi takut dosa (dalam hatiku), “Oke”(jawabku). Aku harus cepat temuin cowok itu, siapa dah namanya? Eh kalau gak salah namanya Dito deh. Tiba-tiba aku mendengar suara kaki di dalam laboratorium kimia, apa jangan-jangan hantu? konon katanya laboratorium kimia selalu menakutkan. Penasaranku mulai muncul sehingga langsung saja aku memasuki laboratorium tersebut yang ternyata ada seseorang lelaki mengenakan jas laboratorium berwarna putih, ia langsung menolehku dan mendekatiku lalu memelukku secara erat. Apa maksud semua ini? Langsung saja kudorong dia dan dengan cepat ku berlari menuju kelasku.
Tibalah waktu pulang sekolah aku ingin sekali cepat-cepat meninggalkan sekolah ini, tetapi pikiranku mengarah pada dia, karena sudah penasaran aku langsung menuju ke laboratorium kimia tadi, disana masih terdapat dia yang sedang tertidur diatas lantai dengan tubuh yang lemas. Aku terkejut lalu aku keluar dan minta bantuan orang lain untuk membawa dia ke rumah sakit terdekat, kuhubungi keluarganya tetapi tidak ada satupun yang mengangkat telfonku. Dokter mengatakan bahwa ia baik-baik saja hanya sedikit depresi dan trauma masa kecil yang membuatnya akan memeluk siapapun yang berada di dekatnya. Tidak lama kemudian bibinya datang menjenguk Dito sehingga aku langsung pulang saja karena hari ini sangat melelahkan.
Hari telah berganti dan lagi-lagi aku bertemu dengan dia lagi, dia tidak sedikitpun menoleh padaku mungkin dia sudah melupakan kejadian kemarin. Menurutku Dito adalah orang yang memiliki beribu masalah tapi ia pintar sekali menyembunyikannya lewat senyumnya yang manis. Kejadian pertama kali saat kita bertemu didepan gerbang sekolah dan ia memberiku snack chitato membuatku tak bisa melupakannya, ah jangan sampai aku jatuh cinta dengannya. Dito memang tampan, pintar, dan terkenal disekolah ini sehingga tidak dipungkiri setiap hari ia selalu dikejar banyak cewek-cewek untuk sekedar mencari perhatian dari Dito. Kejadian kemarin harus aku lupakan karena aku tak mau lagi berurusan dengan fansnya Dito. Sesampainya dikelas handphone ku berbunyi, ada pesan masuk dari nomor yang tidak kukenal,
“Sepulang sekolah kita harus bertemu di laboratoium kimia,Dito”.
Mungkin dia ingin mengucapkan terima kasih padaku karena kemarin aku sudah menolongnya, langsung saja setelah sepulang sekolah aku berlari menuju laboratorium kimia.
“Kamu pasti sudah tahu tentang penyakitku, salah satu cara supaya kamu tidak membocorkan informasi ini ke orang lain adalah kamu harus jadi pacarku”
“Hah? Atas dasar apa aku harus jadi pacarmu?”
“Kalo suatu saat nanti penyakitku tiba-tiba muncul dan aku sembarangan memeluk orang lain lagi maka semua disekolah ini akan tahu, tetapi jika kamu menjadi pacarku yang akan selalu disampingku maka secara otomatis aku hanya akan memelukmu dan orang lain akan beranggapan bahwa kita hanya sedang berpacaran”
“Aku gak mau”
“kamu harus mau, ayo cepat keluar dari laboratorium ini bisa-bisa kita terkunci berdua diruangan ini”( sahut Dito).
            Keesokan harinya apa yang diucapkan oleh Dito memang benar, penyakit yang ia derita sangat aneh. Sesering mungkin ia memelukku tiba-tiba ditempat umum. Aku malu terlihat dan ditonton oleh banyak orang-orang, tetapi kini aku sudah terbiasa dan tidak peduli lagi geng cewek yang selalu membuat usil diriku selama satu tahun ini. Banyak sekali yang aku tahu dari kelemahan Dito, aku tidak tega dengannya setiap ia memberontak dalam menggapai semua keinginan dari orang tuanya yang hanya memberikan harta bukan kasih sayang indah. Tiba-tiba aku mendapatkan surat dari loker mejaku, kubaca isi surat itu yang ternyata dari Dito.
“Tolong temui aku malam ini jam 8 di taman dekat rumahmu,love”
Malam harinya aku sengaja datang lebih awal, entah rasanya aku semangat sekali bertemu dengannya. Sudah dua jam lamanya aku menunggu dia, dia masih belum menginjakkan kakinya ditaman ini. Aku tidak boleh pulang, mungkin Dito masih dalam perjalanan karena ban bocor atau lainnya. Suara langkah kaki dari belakang aku sangat jelas mendengarnya, wah pasti ini Dito ingin memberiku kejutan, aku langsung bergegas balik badang dan ternyata tiga preman berbaju hitam dengan wajah menakutkan. Aku lari dengan kencang dan preman tersebut masih mengejarku, oh tidak bahkan suaraku untuk mengatakan tolong saja susah karena ketakutan sehingga hanya tangisanlah yang berbicara. Kemudian, hadirlah seseorang yang menyelamatkanku yakni Dito. Aku menangis sangat kencang,
“Dito jahat,kenapa kamu datang terlambat”
“Maafkan aku”
“Bukankah kamu sudah bilang bertemu denganku jam 8 malam”
“Apa?aku tidak membuat janji denganmu malam ini”
“Lalu siapa? Aku mendapatkan surat darimu diloker mejaku”
“Sepertinya kamu sedang ditipu”
“Siapa yang sudah tega melakukan perbuatan seperti itu?”
“Aku tahu siapa orangnya”
            Kejadian malam itu membuatku takut keluar rumah sendiri, sehingga aku selalu ditemani oleh supir ataupun bibi. Ketika aku asyik bersantai duduk sambil menonton televisi, lalu Dito datang ke rumahku dan mengajakku keluar rumah karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Sesampainya disebuah danau yang indah, lalu dia memandangiku terus-menerus.
“Dito, bukankah ada hal penting yang ingin kau bicarakan denganku ya?kenapa kau memandangiku terus”
“Oh iya aku sampai lupa”
“Ayo katakan padaku, aku penasaran”
“Chita, kita akhiri saja hubungan ini ya”
“Akhiri?Apa alasannya?Apa karna aku mengetahui tentang penyakitmu itu?”
“Tidak”
“Lalu?aku tidak suka bagian ini, kamu seperti sedang memainkan aku seperti boneka,lebih baik aku pergi dulu sepertinya mama mencariku”(Berlinang air mataku perlahan-lahan)
“Chita… dengarkan aku dulu, aku hanya ingin memulai hubungan kita dengan cinta bukan karena pura-pura”
“Apa kamu benar?”
“Benar, aku bukan orang tipe pembohong”
“Dito jahat, kamu sudah menguras air mataku sebanyak 50%”
“Baiklah tak apa, biarkan sisanya kamu menangis bahagia hari ini. Semoga kamu selalu jadi orang yang aku cintai, dan aku janji akan menjagamu 2 kali lipat dari supir dan bibimu itu”
“Terima kasih Dito, oke tepati janjimu maka aku akan membalas cintamu itu”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nematoda

Deskripsi Phylum Arthropoda

Langit Kelabu