Media Kultur Jaringan

 

    Pembuatan media kultur jaringan harus memiliki persyaratan dasar unsur mineral sebagai kalium, kalsium, magnesium, nitrogen, fosfor, dan belerang. Ketika nutrisi tersebut dilarutkan dalam aquades akan mengalami disosiasi dan ionisasi dengan konsentrasi berbagai jenis ion didalamnya. Unsur hara mikro terdiri dari kalium iodida (KI), asam borat (H3BO)3, mangan(II) sulfat tetrahidrat(MnSO4.4H2O), seng  Sulfat Heptahidrat(ZnSO4.7H2O), sodium molibdate (Na2MOo4.2H2O), tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O), kobaltklorida heksahidrat(COCl2.6H2O), dan untuk memastikan ketersediaan zat besi dengan pH yang kisarannya luas maka di bentuk  chelating agent seperti Na2EDTA bersamaan dengan besi  (II) Sulfat Heptahidrat (FeSO4.7H2O). Salah satu fungsi unsur hara yakni unsur media kalium memiliki fungsi hidratasi untuk mempermudah pembentukan misel dalam dinding sel sehingga lebih mudah menyerap air. Komposisi senyawa mikro tersebut memiliki fungsi masing-masing yang tentunya sebagai nutrisi pertumbuhan eksplan (Muharyata et al, 2015). Unsur hara makro terdiri dari amonium nitrat (NH4NO3 ), kalium nitrat (KNO3), kalsium klorida dihidrat(CaCl2.2H2O).Salah satu fungsi unsur hara amonium nitrat yang dibutuhkan saat pembentukan tunas, batang dan daun dengan pengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman (pembelahan sel) (Aulia et al, 2016). KNO3 pada media MS memiliki peran untuk tahap terhadap berbagai suhu dan dapat meningkatkan daya tahan terhadap gangguan penyakit serangan virus, bakteri dan jamur (Hutapea et al, 2014).

      Nutrisi organik dilengkapi dengan senyawa organik seperti vitamin dan asam amino. Sukrosa salah satu sumber karbohidrat yang merupakan unsur sangat penting dari pertumbuhan media kultur jaringan. Vitamin dalam media bertindak sebagai koenzim agar pertumbuhan kultur jaringan tumbuh dengan baik. Vitamin yang paling banyak digunakan adalah Myo-inositol sebagai phosphatidyl-inositol penting dalam transduksi sinyal dan second messenger to the primary action dari auksin serta sebagai prekursor pembentukan pektin dan hemisolulosa untuk dinding sel, Thiamine-HCL sebagai bioisintesis asam amino dan sebagai kofaktor penting dalam metabolisme karbohidrat yang dapat berintegrasi dengan ZPT sitokinin, dan Pyridoxine- HCL (Bhojwani & Pram, 2013).

Pertumbuhan tanaman secara kultur jaringan juga terdapat adanya interaksi dari zat pengatur tumbuh yang berada dalam eksplan, pemberian zat pengatur tumbuh disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tanaman.  Beberapa zat pengatur tumbuh diantaranya terdapat sitokinin dan auksin yang mengontrol pertumbuhan tunas aksilar dan derajat pertumbuhan akar dan tanaman (Rosita et al, 2015). Menurut (Tuhuteru et al, 2012) zat pengatur tumbuh pada eksplan tergantung dari zat pengatur tumbuh endogen dan zat pengatur tumbuh eksogen. Selain senyawa zat pengatur tumbuh terdapat zat pengatur tumbuh alami yang berasal dari air kelapa yang telah terbukti dengan konsentrasi 100 ml/l optimal menghasilkan tunas dan akar dengan jumlah yang banyak pada Dendrobium anosmum.

      Tahapan dalam pembuatan media MS yakni menyiapkan media dengan metode menimbang dan melarutkan harus dilakukan dengan teliti, atau dapat mempersiapkan larutan stok media sebelumnya agar memudahkan pekerjaan praktikkan. Pemberian unsur hara  makro dan mikro serta vitamin dalam erlemeyer. Jumlah agar phytagel dan sukrosa yang dibutuhkan harus ditimbang lalu dilarutkan dalam media, kemudian memanaskannya dengan hotplate supaya sukrosa dan agar phytagel larut dalam media. Beberapa peneliti kultur jaringan lebih memiliki pemberian vitamin dan zat pengatur tumbuh setelah proses autoklaf, tetapi jika subtansi bersifat termolabil jika disterilkan maka dilakukan sterilisasi dengan filter ukuran pori 0,22-0,45 lm. kemudia larutan tersebut dihomogenkan dengan magnetic stirer dan diukur pH 5,8 lalu di distilasi dengan membuat volume akhir menjadi 1 liter. Media dituangkan dalam cawan petri lalu dibungkus dengan kertas doorslag supaya terhindar dari kontaminan. Media dibiarkan dingin menjadi gel dalam inkubator (Bhojwani & Prem, 2013).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nematoda

Deskripsi Phylum Arthropoda

Langit Kelabu