Langit Kelabu
Setiap manusia pastinya memiliki
kenangan bahagia maupun kesedihan, karena pada kenyataannya kebahagiaan dan
kesedihan akan datang seperti satu paket setiap detiknya. Lalu bagaimana
denganmu? Bisakah kau ceritakan padaku tentang perjalananmu dalam mengintari
setiap sudut dipersimpangan kota dengan melewati beberapa jalan asing. Tidak
peduli dengan lirikan bola mata mereka yang seakan-akan sedang menari. Kamu
tetap berjalan dan terus berjalan hingga kamu lupa dengan apa yang sedang ingin
kamu tuju.
Suatu
saat senja menantimu, kamu masih saja memasang wajah murungmu, kamu masih
terlihat kosong seperti sedang mencari sesuatu tetapi kamu masih belum
menemukan jawabannya. Kamu menangis hingga satu dunia mendengar suara isakan
tangismu tersebut. Rasannya kamu ingin ditelan oleh waktu, badai atau apalah
supaya kamu bisa hilang dari dunia ini, nampaknya kamu memang sedang bersedih
yang sangat dalam tanpa aku tahu dari semua penyebab yang membuatmu menjadi
seperti ini.
Lampu
kota menerangi malam hari dengan indah, hingga kau terlihat seperti seorang
yang mengenakan topeng, ia membuka pintu
itu dan masuk didalamnya. 999 manusia melihat kearahnya, Ia masih saja selalu
menggunakan ciri khasnya dengan menyembunyikan senyumannya yang indah. Hari itu
adalah hari pertemuan reuni kita masa SMA. Masa yang mungkin terlihat baik saja
dan sangat bahagia. Dia dahulu tidak seperti ini, dia terlihat asli dan tidak
palsu seperti ini. Apa mungkin dia sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak
bisa diungkapkan lewat kata-kata? Ingin sekali ku menanyainya tetapi bibirku
seketika membeku saat dia mengajakku berdansa ditengah suasana yang sedang
ditaburi sebuah kebahagiaan. Malam itupun telah berakhir, belum sempat
kubertanya, dia telah hilang entah kemana perginya hingga aku tak bisa
menemuinya disetiap sudut ruangan yang lumayan besar ini.
Pagi
menyinari kulitku menjadi hangat, segera ku bergegas mencari handphoneku dan kulihat isi pesan
darinya,
“Kamu jangan datang kerumah”
“Kenapa?”
“Rumahku berantakan, kita ketemu di cafe
biasanya ya, jam 8 pagi”
“Ok”
Berlari aku secepat mungkin ketempat
itu, dia sudah menungguku sambil kepala menunduk. Kita memang bersahabat
semenjak kecil sehingga kita sering berbagi cerita, walau saat ini dia tidak
pernah sedikitpun menceritakan tentang kehidupannya kepadaku. Tiba-tiba dia
bersuara dan mengeluarkan sebuah kata yang singkat “Rin aku rindu dengan ayah
dan bundaku” lalu ia pergi meninggalkanku sendirian di sebuah tempat yang
beramaikan setiap orang disini. Belum sempat kumemesan satu minuman saja, ia
langsung pergi hanya dengan sebuah kata singkat yang membuatku tidak mengerti
hingga aku mencoba mengabaikan maksud isi dari pernyataan dia.
Jam
alarmku berbunyi bersenandungkan bunyi suara ayam yang merdu seperti selayaknya
saat berada didesa. Aku terjaga dari tempat tidurku sambil disusul oleh
matahari yang sangat cerah yang selalu kupandangi setiap paginya. Perutku
berbunyi yang menandakan aku sedang lapar langsung saja aku menuruni anak
tangga. Suara televisi setiap pagi tidak
pernah absen yang selalu ditonton ibuku yakni sebuah berita hangat tentang
bagimana kehidupan Indonesia.
“Eh Rin coba deh kesini, kasian banget
ya anak itu masih muda dia sudah melakukan bunuh diri dari jembatan yang di
jalan Jawa itu Rin”
“Ya mungkin dia sedang merindukan
seseorang yang dicintainya ma”
“Bisa jadi sih Rin”
(Tiba-tiba
aku teringat sebuah kata rindu, aku merasa seperti mendengar kata rindu yang
pernah diucapkan oleh seseorang)
“Orang itu bukan Adit kan ma?”
“Adit?mana mungkin Rin”
Pikiranku berjalan kemana-mana, aku
khawatir korban tersebut adalah Adit. Tetapi dia pernah mengatakan bahwa ia
sangat merindukan ayah dan ibunya, sepertinya aku harus memeriksanya secara
langsung walau aku tidak pernah diizinkan mengunjungi rumahnya.
Kuketuk
pintu rumahnya, tidak ada respon darinya. Langsung saja ku buka pintunya, dia
pernah mengatakan padaku bahwa rumahnya berantakan. Tetapi rumah ini jauh
sekali dari kata berantakan, justru rumah ini sangat rapi dengan hiasan dinding
foto dia denganku dan foto dia dengan ayah dan ibunya. Pencarianku tak terlepas
untuk mencari Adit tetapi aku tidak menemukannya. Aku menunggunya mungkin dia
sedang pergi, aku bertanya-tanya apakah adit selalu betah hidup sendirian
dirumah ini, rumah ini sangat sepi. Tiba- tiba aku menemukan secarik kertas
yang berisikan dengan kata yang sama seperti ia ucapkan padaku dengan gambaran
jembatan. Aku mulai berpikir keras dan kumelihat secara langsung tempat
kejadian bunuh diri, tidak bisa disangka korban bunuh diri tersebut adalah Adit.
Dia pergi dari dunia ini karna merindukan ayah dan ibunya disurga. Ribuan
cerita kenangan persahabatanku denganmu tidak akan terlupakan, selamat jalan
Adit.
Sumber gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjhsMWG1pjkAhVN63MBHXc_BJUQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.pinterest.com%2Fpin%2F291185932142211783%2F&psig=AOvVaw33tZIDmLJc8dbHOIx9t0lK&ust=1566638595420144
Komentar
Posting Komentar