Teknik Sterilisasi Kultur Jaringan

Sterilisasi merupakan upaya untuk membebaskan setiap alat dan bahan kultur dari semua mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Fungsi dari sterilisasi dibidang kultur jaringan untuk membunuh atau menghilangkan mikrorganisme dari luar agar tetap aseptis (steril). Hal ini penting supaya hasil tanaman kultur jaringan tumbuh dengan baik mulai dari proses inokulasi, transfer, inkubasi hingga penanaman di green house untuk berhati-hati agar tidak terkontaminasi oleh mikrorganisme. Sebelum bekerja dalam penanaman kultur jaringan sebaiknya praktikkan terlebih dahulu menggosok tangan dengan alkohol, dan memakai jas laboratorium serta menggunakan masker.

Gambar 1. a) Autoklaf horizontal, b) Autoklaf vertikal.


Macam-macam metode sterilisasi yakni;

a.                Sterilisasi secara fisika

Teknik sterilisasi kering dengan menggunakan teknik pemijaran bunsen secara langsung untuk mensterilkan ujung pinset, gunting dan scalpel atau dengan menggunakan oven pada suhu 160-180 0C selama 3 jam

Teknik sterilisasi basah dengan uap dalam tekanan (autoklaf) dimana uap dalam keadaan jenuh, tekanan yang meningkat, suhu 1210C dengan rentang waktu 15-20 menit. Tidak semua alat laboratorium yang dapat disterilisasi dengan autoklaf, hanya beberapa alat plastik berbahan polupropylaene, polymethupentene, polyallomer, Tefzel EFTE dan teflon FEP dapat disterilkan menggunakan autoklas dengan suhu 1210C.

b.               Sterilisasi kimia

Teknik sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia agar aseptis, seperti alkohol 70%-90% yang efisien dan efektif untuk membunuh mikrorganisme pada tangan dan meja kerja

c.                Sterilisasi mekanik

Teknik sterilisasi untuk beberapa bahan yang mudah rusak dan menguap akibat tekanan tinggi sehingga diperlukan metode pemindahan cairan tersebut menggunakan saringan atau filtrasi.


      Sterilisasi fisika meliputi teknik menggunakan autoklaf, LAF, dan oven. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai alat dan bahan laboratorium dengan menggunakan tekanan uap air panas. Fungsi autoklaf untuk membunuh mikroorganisme yang menempel pada alat dan bahan untuk praktikum sehingga digunakan tekanan 15 Psi atau 2 atm dengan suhu 1210C. Prinsip kerja autoklaf terkait dengan tekanan uap air yang panas yang bertujuan agar alat bahan untuk praktikum dalam kondisi steril. Macam-macam autoklaf ada yang berbentuk horizontal dan vertikal. Autoklaf  horizontal memiliki biaya yang lebih mahal dengan single atau fasilitas pintu ganda. Autoklaf vertikal ukuran yang sedang dan lebih besar. Bagian-bagian dari autoklaf vertikal yakni;

a.    Pressure gauge : Sebagai pengukur untuk mengetahui tekanan dan waktu

b.    Handle : Sebagai pegangan yang tahan panas (isolator)

c.    Lid : penutup autoklaf agar tidak uap air yang keluar

d.   Clamp : Sekrup penutup autoklaf agar tidak uap air yang keluar (Bhojwani & Prem, 2013).


    Menurut (Andriani, 2016) fungsi oven untuk mensterilkan alat alat laboratorium pada suhu 160-180 0C selama 3 jam. Dalam oven harus memiliki kipas untus sirkulasi udara panas lebih baik, dan saat mengeluarkan alat-alat laboratorium sebaikanya ditunggu hingga suhu dingin untuk menimalisir kontaminasi dan resiko retaknya alat tersebut. Prinsip kerja oven terkait dengan suhu yang tinggi dan tempat yang kering untuk membunuh mikroorganisme kontaminan. Berikut gambar dari oven dan bagian-bagiannya : 



Bagian-bagian oven yakni;

1)        Monitor : Terdapat beberapa tool yakni tombol on/off, waktu dan suhu untuk mengatur oven sesuai kebutuhan

2)        Penutup oven : Supaya tidak ada mikroba yang masuk dalam oven tersebut.

3)        Baki untuk sampel : Untuk meletakkan dan menyimpan alat-alat laboratorium dengan rapi.


   LAF kepanjangan dari Laminar Air Flow adalah alat untuk menghilangkan mikroba beracun yang menghambat pertumbuhan jaringan tanaman dan jejak mikroba yang masih menempel pada alat laboratorium dengan menggunakan bunsen. Fungsi dari penggunaan LAF untuk pengerjaan secara aseptis seperti saat proses inokulasi dengan pola pengaturan blower dan sinar UV yang dihidupkan sebelum proses inokulasi dimulai. Prinsip kerja LAF terkait dengan penyinaran sinar UV untuk sterilisasi dan blower untuk sirkulasi udara agar udara yang dihasilkan sesuai dengan LAF. Berikut gambar dan bagian-bagian dari LAF,



Berikut fungsi bagian-bagian dari LAF;

1)                  Panel kendali : Tombol on/off untuk lampu TL dan lampu UV untuk proses sterilisasi

2)                  Kaca penutup: sebagai penutup dalam proses kerja inokulasi

3)                  Meja kerja : sebagai tempat untuk proses inokulasi

4)                  Tombol blower :untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam LAF.

5)                  Frame Penyangga : sebagai penopang meja kerja LAF

    Sterilisasi kimia dengan menggunakan beberapa bahan kimia antara lain alkohol yang memiliki ciri-ciri yakni cairan transparan, tidak berwarna dan mudah menguap. Bahan kimia tersebut berfungsi sebagai zat pelarut untuk membunuh mikroba  dan mensterilkan alat dan meja kerja tersebut.  Pengaplikasian alkohol telah digunakan dalam beberapa industri kimia melaui proses fermentasi, dengan contoh produk seperti khamir, ragi, bir, roti, anggur, dan bahan kimia rumah tangga (Berlian, 2016). Bahan kimia selanjutnya adalah formalin yang memiliki ciri-ciri yakni  mudah mengikat air dan berbentuk padat. Fungsi dari formalin sebagai agen antibakteri yang dapat memperlambat aktivitas bakteri dan jamur dalam media kultur maupun tanaman kultur. Pengaplikasian formalin telah digunakan sebagai pengawet bahan makanan seperti ikan asin, ikan basah, tahu dan bakso. Apabila makan tersebut dikonsumsi oleh manusia makan mengakibatkan gangguan organ dan sistem metabolisme tubuh.



REFERENSI :

Andriani R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi. 1(1).

Berlian Z., Fitratul A., &  Resti U. 2016. Uji Kadar Alkohol pada Tapai Ketan Putih dan Singkong  Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Jurnal Biota. 2(1): 106-111.

Bhojwani S.S & Prem K. D. 2013. Plant Tissue Culture: An Introductory text. New Delhi, India : Springer India.

Lestari A. R. A., Sari A. S., Sofi T. C. Isna W., Muhamad Azhari & Herli. 2018. Aktivitas Anti Bakteri Seduhan Biji Pepaya (Carica papaya L) Terhadap Escherichia coli, Salmonella thypi dan Staphlycocus aureus. JOPS. 1(2):39-43

Rachmawati F. J. & Shofyatul Y. T. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran  Universitas Islam Indonesia. Jurnal Logika. 5(1): 3-13.

Smith R. H. 2013. Plant Tissue Cultur, Third Edition. USA: Elsevier.

Syah I. S. K. 2000. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas pada Autoklaf dengan Indikator Biologi Spore Strip. Farmaka. 14(1):59-69

Singgih Hariyadi. 2013. Uji Kandungan Formalin pada Ikan Asin Menggunakan Sensor Warna dengan Bantuan FMR. Jurnal ELTEK. 11(1): 55-70


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nematoda

Deskripsi Phylum Arthropoda

Langit Kelabu