Hepcidin
![Gambar](https://lh3.googleusercontent.com/-hUZtoHWad_g/YBpXbfd3MrI/AAAAAAAAFLw/5CXJx7BwNr4HigKta1TniUn7HRhxzC3EACLcBGAsYHQ/w431-h160/image.png)
Semua makhluk hidup membutuhkan zat besi dalam proses seluler. Saat terjadi infeksi, patogen akan memperoleh zat besi dengan berbagai cara, sehingga zat besi berperan dalam mempertahankan (homoestasis) tubuh dalam beberapa penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis dan HIV. Homoestasis tubuh dikendalikan oleh 25 asam amino peptida pada hormon hepcidin yang diproduksi oleh hepatosit (Armitage dkk., 2011). Mekanisme kekurangan hepcidin, zat besi ferroportin akan mengalami overekspresi di membran basolateral duodenum untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam makanan. Makrofag juga akan mengekpresikan ferropotin dan mengekspor zat besi, sehingga terjadi penipisan zat besi secara intraseluler. Hasil dari pernyataan tersebut dibuktikan bahwa hepcidin diidentifikasi sebagai pengatur pusat metabolisme zat besi. Hepcidin tidak diatur dalam homoestasis tubuh, selama produksi hepcidin tersuplai akan meningkatkan ketersediaan Zat besi. Gambar 1. Peran hepcidin dalam (a) homeostasis bes